Universitas dr. Soebandi

Pengakuan Mengejutkan Kapolri Soal Ahmad Dofiri

Ahmad Dofiri

Ahmad Dofiri

Di balik panggung Bhayangkara, Kapolri Sigit mengungkap pengakuan mengejutkan. Sosok Ahmad Dofiri bukan sekadar senior, melainkan idola yang integritasnya teruji di momen paling krusial.

Atmosfer di auditorium itu mendadak senyap. Bukan karena perintah, melainkan karena sebuah pengakuan langka yang meluncur dari lisan orang nomor satu di Kepolisian Republik Indonesia. Di hadapan para petinggi dan tamu undangan, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, sang Kapolri, menyingkap sebuah sisi personal yang jarang terungkap: ia mengidolakan seniornya, Komjen (Purn.) Ahmad Dofiri.

Ini bukan sekadar basa-basi dalam acara peluncuran dan bedah buku “Sang Pemimpin yang Berintegritas” karya Ahmad Dofiri pada Selasa (19/8/2025). Pernyataan Kapolri Sigit adalah sebuah penegasan tentang warisan dan keteladanan. Ia tidak hanya berbicara tentang seorang mantan Wakapolri, tetapi tentang sebuah kompas moral yang menjadi panutannya jauh sebelum ia menyandang empat bintang di pundaknya.

“Terus terang, beliau ini adalah idola saya. Role model saya,” ujar Jenderal Sigit, memecah keheningan. Kalimat singkat itu sontak menggeser fokus acara dari sekadar peluncuran buku menjadi sebuah testimoni hidup tentang kepemimpinan.

Palu Godam Integritas di Momen Krusial

Lantas, apa yang membuat pengakuan ini begitu berbobot? Jawabannya terletak pada sebuah momen paling kelam sekaligus paling menentukan dalam sejarah modern Polri: kasus Ferdy Sambo.

Kapolri Sigit secara gamblang menarik benang merah kekagumannya pada peran Ahmad Dofiri saat memimpin sidang Komisi Kode Etik Polri (KKEP) untuk Sambo. Saat itu, institusi Bhayangkara sedang dipertaruhkan di mata publik. Keraguan dan spekulasi menyelimuti setiap sudut. Di tengah tekanan mahadahsyat itulah, Ahmad Dofiri, dengan ketenangannya, mengetukkan palu godam keadilan.

“Beliau berani mengambil keputusan yang sangat berat, yaitu merekomendasikan PTDH (Pemberhentian Tidak Dengan Hormat) untuk Saudara FS. Itu adalah momen di mana integritas seorang pemimpin benar-benar diuji,” kenang Sigit.

Pengakuan ini membuka sudut pandang baru. Kekaguman Sigit bukan lahir dari kedekatan hierarkis semata, melainkan dari pembuktian integritas tanpa kompromi di titik nadir institusi. Ahmad Dofiri tidak hanya menjadi senior bagi Sigit di Akademi Kepolisian, tetapi menjelma menjadi benteng penjaga marwah Polri saat paling dibutuhkan.

Warisan untuk Generasi Baru

Buku “Sang Pemimpin yang Berintegritas” kini menjadi lebih dari sekadar kumpulan tulisan. Ia adalah manifestasi dari karakter yang baru saja diakui oleh penerusnya. Acara ini seolah menjadi seremoni tak resmi penyerahan tongkat estafet nilai-nilai, bukan hanya jabatan.

Apa yang diucapkan Jenderal Sigit bukanlah nostalgia seorang junior kepada seniornya. Itu adalah sebuah pesan kuat yang ditujukan kepada seluruh insan Bhayangkara. Pesan bahwa di tengah segala tantangan zaman, pangkat dan jabatan akan datang dan pergi, tetapi integritas adalah mata uang abadi yang akan selalu dikenang. Ahmad Dofiri telah membuktikannya, dan Kapolri Sigit memastikan warisan itu tidak akan pernah dilupakan.

Exit mobile version